BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mengajar merupakan suatu proses yang
kompleks dan tidak hanya menyampaikan informasi dari guru kepada siswa
(Sumiati, 2012:23). Sesuai dengan perannya sebagai pengajar, guru mempunyai
berbagai peran dan tugas yakni menyampaikan ilmu pengetahuan, melatih
keterampilan, merancang pengajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai
aktivitas pembelajaran (Suparlan, 2005:36).
Mengajar pada hakekatnya bermaksud mengantar siswa mencapai tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya sehingga dalam prakteknya perilaku mengajar ditunjukkan
dengan beraneka ragam meskipun maksudnya sama yang sering diistilahkan sebagai
gaya mengajar (Sumiati, 2012:72). Hal ini dapat dikatakan bahwa gaya mengajar
guru dapat menjadi penentu pencapaian tujuan pembelajaran.
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan formal dilembaga
pendidikan, yang didalamnya terjadi interaksi antar berbagai komponen
pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran itu meliputi: guru, siswa, tujuan, model
pembelajaran, metode
pembelajaran, media dan evaluasi. Interaksi antar komponen di atas berlangsung
sebagai berikut : guru menerapkan beberapa model pembelajaran yang
memunginkan siswa belajar proses bukan hanya belajar produk. Oleh karena
itu, tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pemilihan suatu model pembelajaran
tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan
diajarkan kepada peserta didik. Pada hakikatnya tidak pernah terjadi satu
materi pelajaran disajikan dengan menggunakan hanya satu model pembelajaran.
Pembelajaran dengan menggunakan banyak model akan menunjang pencapaian tujuan
pembelajaran yang lebih bermakna. Pembelajaran dengan menggunakan banyak model
dilakukan agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai dengan
baik karena tidak semua model pembelajaran cocok dengan materi pelajaran yang
akan diajarkan. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan, metode, dan model pembelajaran
sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dalam hal ini, guru perlu menyusun
dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar dimana siswa dapat aktif membangun
pengetahuannya sendiri. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivisme yaitu
keberhasilan belajar tidak hanya bergantung pada lingkungan atau kondisi
belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Keberhasilan dalam proses
pembelajaran dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang berkaitan dengan diri siswa,
diantaranya adalah kemampuan, minat, motivasi, keaktifan belajar dan lain-lain.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar diri siswa, diantaranya
adalah model pembelajaran.
Model pembelajaran memiliki andil
yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan menangkap pelajaran
oleh siswa dapat dipengaruhi dari pemilihan model pembelajaran yang tepat,
sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan akan tercapai. Terdapat berbagai
macam model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru untuk
menjadikan kegiatan pembelajaran di kelas berlangsung efektif dan optimal.
Salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran problem solving
Model
pembelajaran problem solving merupakan strategi pembelajaran yang banyak
dikembangkan saat ini, karena sesuai dengan kurikulum saat ini yang
menginginkan bahwa siswa yang lebih aktif dalam proses pembelajaran. Strategi
pembelajaran problem solving juga dapat melatih kemampuan siswa dalam
menganalisis setiap masalah yang diberikan kepada mereka.
Model pembelajaran problem
solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah
sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dalam usaha mencari
pemecahan/jawaban oleh siswa (Mbulu, 2001:52). Penyelesaian masalah menurut
Johnson dan Johnson dalam Thobrani dan Musthofa (2011:337) dilakukan melalui
kelompok. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran problem
solving adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara
langsung dan dapat melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah serta
mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan tersebut baik secara
individu maupun kelompok.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan model
pembelajaran problem solving ?
2. Apa saja ciri-ciri model
pembelajaran problem solving?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan
dari model pembelajaran problem solving ?
4. Bagaimanakah pengaruh MIPA sebagai
pengembangan problem solving?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk menjelaskan pengertian model
pembelajaran problem solving.
2. Untuk menjelaskan ciri-ciri model
pembelajaran problem solving.
3. Untuk menjelaskan kelebihan dan
kekurangan dari model pembelajaran problem
solving.
4. Untuk mengetahui pengaruh MIPA
sebagai pengembangan problem solving.
BAB
II
Pembahasan
A.
Pengertian
model pembelajaran problem solving
Problem solving adalah
belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini peserta didik belajar merumuskan
pemecahan masalah, memberikan respon terhadap rangsangan yang menggambarkan
atau membangkitkan situasi problematika, yang menggunakan semua kaidah yang
dikuasainya. Pemecahan masalah adalah suatu proses kompleks yang menuntut
seseorang untuk mengkoordinasikan pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan
intuisi dalam rangka memenuhi tuntutan dari suatu situasi.
Problem solving adalah
suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan
berdasarkan data dan informasi
yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Hamalik,
1994:151). Problem solving yaitu suatu pendekatan dengan cara problem identifikasi
untuk ketahap sintesis kemudian dianalisis yaitu pemilahan seluruh masalah
sehingga mencapai tahap application selajutnya komprehension untuk mendapatkan
solution dalam penyelesaian masalah tersebut.
Berdasarkan beberapa konsep tentang
pemecahan masalah (problem solving) seperti tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud model pembelajaran problem solving
adalah suatu strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan dapat melatih
siswa untuk menghadapi berbagai masalah serta dapat mencari pemecahan masalah
atau solusi dari permasalahan yang ada tersebut.
Mengajar memecahkan masalah berbeda
dengan penggunaan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran.
Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu
permasalahan. Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah (problem
solving) adalah teknik mengajar melalui pemecahan masalah. Dengan demikian
perbedaan keduanya terletak pada kedudukan pemecahan masalah itu sendiri.
Mengajar memecahkan masalah berarti, pemecahan masalah itu sebagai isi atau content
dari pelajaran, sedangkan pemecahan masalah sebagai suatu strategi berarti
kedudukan pemecahan masalah itu hanya sebagai suatu alat saja untuk memahami
materi pengajaran. Untuk menggunakan problem solving sebagai sebuah
strategi pembelajaran, pendidik perlu melalukan kerja lebih banyak dibandingkan
hanya memberikan beberapa permasalahan di papan tulis, kemudian membiarkan
peserta didik berlatih dengan mengerjakan permasalahan tersebut. Pendidik perlu
menjelaskan kepada peserta didik apa yang pendidik inginkan untuk dipelajari
oleh peserta didik, mengapa pendidik menggunakan pemecahan masalah untuk
mengajar, dan harapan pendidik tentang interaksi antara peserta didik dan
peserta didik, serta interaksi antara peserta didik dan peserta didik lainnya.
Melalui proses pembelajaran ini, fokus pendidik adalah membantu peserta didik
untuk mengembangkan pemahaman mereka mengenai konsep-konsep penting (bukan
hanya prosedur pemecahan masalah). Pencapaian terbaik didapatkan dengan
permasalahan yang nyata dan menggunakan waktu lama untuk memecahkannya serta
mampu mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman secara mendalam
dibandingkan permasalahan yang membutuhkan waktu yang singkat untuk
dipecahkan.
B.
Tujuan Utama Pembelajaran Problem Solving
Tujuan pembelajaran berbasis
masalah adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristic dan pengembangan
keterampilan pemecahan masalah. Ibrahim dan Nur (2002:242) mengemukakan tujuan
problem solving secara rinci , yaitu :
1. Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah.
2. Belajar berbagi peran melalui keterlibatan dalam pengalaman nyata.
3. Menjadi para siswa yang otonom.
C.
Manfaat
Pembelajaran Problem Solving
Manfaat
dari problem solving pada proses belajar mengajar untuk mengembangkan
pembelajaran yang lebih menarik. Menurut Djahiri (1983 : 133) model problem
solving memberikan beberapa manfaat antara lain :
1.
Mengembangkan sikap ketrampilan siswa dalam
memecahakan permasalahan, serta dalam mengambil keputusan secara objektif dan
mandiri.
2.
Mengembangkan kemampuan berpikir pada siswa,
anggapan yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir akan lahir bila pengetahuan
makan bertambah.
3.
Melalui problem solving kemampuan berpikir tadi,
diproses dalam situasi atau keadaan yang benar- benar dihayati, dimintai siswa
serta dalam berbagai macam ragam alternatif.
4.
Membina pengembangan sikap perasaan ingin tahu lebih
jauh dan cara berpikir obektif – mandiri, krisis – analisis baik secara
individual maupun kelompok.
D.
Ciri-ciri
Pembelajaran Problem Solving
Ciri-ciri pembelajaran problem
solving menurut Tjadimojo (2001 : 3) yaitu :
1. Model problem solving merupakan
rangkaian pembelajaran artinya dalam implementasi problem solving ada sejumlah
kegiatan yang harus dilakukan siswa.
2. Aktivitas pembelajaran diarahkan
untuk menyelesaikan masalah, model ini menempatkan sebagai dari proses pembelajaran.
3. Pemecahan masalah dilakukan dengan
menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah.
Menurut
Mbulu (2001:55), ciri-ciri permasalahan yang baik sesuai dengan tujuan dari
pembelajaran model pembelajaran problem solving yaitu :
1. Permasalahan hendaknya nyata dan
dapat mengembangkan atau mempertinggi mental siswa-siswa untuk memecahkannya.
2. Permasalahan hendaknya bermakna bagi
siswa-siswa sehingga mereka mempelajarinya dengan sungguh-sungguh.
3. Permasalahan hendaknya sama dengan
tujuan sekolah atau pendidikan dan sesuai pula dengan lingkungan belajar siswa.
4. Permasalahan hendaknya sesuai dengan
kemampuan siswa-siswa yang memungkinkan mereka dapat melaksanakannya.
E.
Tahap-tahap Problem Solving
Menurut J.
Dewey dalam bukunya W. Gulo (2002:115), Problem solving dapat dilakukan melalui
enam tahapan yaitu :
No
|
Tahapan
- Tahapan
|
Kemapuan
yang Diperlukan
|
1.
|
Merumuskan Masalah
|
Mengetahui dan
merumuskan masalah secara jelas
|
2.
|
Menelaah Masalah
|
Menggunakan pengetahuan untuk memperinci,
menganalisa masalah dari berbagai sudut.
|
3.
|
Merumuskan Hipotesis
|
Berimajinasi dan
menghayati ruang lingkup, sebab – akibat dan alternativ penyelesaian.
|
4.
|
Mengumpulkan dan Mengelompokkan Data Sebagai Bahan
Pembuktian Hipotesis
|
Kecakapan mencari dan menyusun data menyajikan
data dalam bentuk diagram, gambar, dan tabel.
|
5.
|
Pembuktian Hipotesis
|
Kecakapan menelaah dan
membahas data, kecakapan menghubung – hubungkan dan menghitung keterampilan
mengambil keputusan dan kesimpulan.
|
6.
|
Menentukan Pilihan Penyelesaian
|
Kecakapan mebuat alternatif penyelesaian kecakapan
dengan memperhitungkan akibat yang terjadi pada setiap pilihan.
|
F.
Kelebihan
dan kekurangan model pembelajaran Problem Solving
1.
Kelebihan
Pendekatan Pembelajaran Problem Solving
Setiap
pendekatan tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan Problem
Solving merangsang perkembangan anak untuk berpikir seperti yang dikemukakan
Muhsetyo (2007:127) yaitu :
1) Melatih siswa untuk mendesain suatu
penemuan.
2) Berpikir dan bertindak kreatif
3) Memecahkan masalah yang dihadapi
secara realistis.
4) Mengidentifikasi dan melakukan
penyelidikan.
5) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil
pengamatan.
6) Merangsang perkembangan kemajuan
berpikir siswa untuk menyelesaikan maslah yang dihadapi dengan tepat.
7) Dapat membuat pendidikan sekolah
lebih relevan dengan kehidupan.
Kemudian
pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan
masalah secara terampil, seperti yang dikemukakan Djamarah dan Zain (2006:93)
mengemukakan bahwa Kelebihan Problem Solving yaitu :
1) Dapat membuat pendidikan di sekolah
menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2) Proses belajar mengajar melalui
pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan
masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan
dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat
bermakna bagi kehidupan manusia.
3) Metode ini merangsang pengembangan
kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses
belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari
berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.
Senada
dengan pendapat di atas, Kelebihan Problem Solving merangsang
pengembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, seperti
yang dikemukakan Heryawan (2007:127) mengemukakan Kelebihan Problem Solving
yaitu :
1) Membuat pendidikan di sekolah
menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2) Proses belajar mengajar melalui
pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan
masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan
dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat
bermakna bagi kehidupan manusia.
3) Metode ini merangsang pengembangan
kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses
belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari
berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya.
2.
Kekurangan Pendekatan Pembelajaran Problem
Solving
Kelemahan
Problem Solving Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya
sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan
dan keterampilan guru. Kurangnya pengetahuan dan keahlian guru seperti yang dikemukakan
Mutadi (2010) yaitu :
1) Kurangnya pengetahuan dan keahlian
guru dalam menerapkan Problem Solving.
2) Isi dari kurikulum sangat padat dan
tidak memberikan celah untuk Problem Solving.
3) Sistem pengujian masih disentralkan
dan tidak relevan dengan Problem Solving
Kemudian
Djamaran dan Zain (2006:92) mengemukakan bahwa kelemahan Problem Solving yaitu
:
1) Menentukan suatu masalah yang
tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan
kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
2) Proses belajar mengajar dengan
menggunakan pendekatan ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak.
3) Mengubah kebiasaan siswa belajar
dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan
banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang
kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri
bagi siswa.
Kelemahan
Problem Solving guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan
permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai
sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa seperti yang
dikemukakan, Heryawan (2007:127) kelemahan Problem Solving yaitu :
1) Menentukan suatu masalah yang
tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan
kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat
memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
2) Proses belajar mengajar dengan
menggunakan pendekatan ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak.
3) Mengubah kebiasaan siswa belajar
dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan
banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang
kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan
tersendiri bagi siswa.
G.
Pengaruh MIPA sebagai pengembangan
problem solving
Pembelajaran
MIPA membutuhkan problem solving dalam pelaksanaannya. Hal ini turut
mengembangkan kemampuan peserta didik dan hasil belajar peserta didik. Karena MIPA merupakan cabang
ilmu yang mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak, menekankan proses deduktif
yang memerlukan penalaran logis dan aksiomatik yang mungkin diawali dari proses
induktif, yang meliputi penyusunan konjektur, model MIPA, analogi dan atau
generalisasi berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah data. Karakteristik lain
dari MIPA adalah merupakan ilmu terstruktur dan sistematis. Dalam arti
bagian-bagian MIPA tersusun secara hierarkis dan terjalin dalam hubungan
fungsional yang erat dan sifat keteraturan yang indah, yang akan membantu
menghasilkan model matematis yang diperlukan dalam pemecahan masalah di
berbagai cabang ilmu pengetahuan dan masalah kehidupan sehari-hari.
Istilah
problem solving sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu dan memiliki
pengertian yang berbeda-beda pula. Tetapi problem solving dalam MIPA memiliki
kekhasan tersendiri. Secara garis besar terdapat tiga macam interpretasi
istilah problem solving dalam pembelajaran MIPA, yaitu (1) problem solving
sebagai tujuan (as a goal), (2) problem solving sebagai proses (as a process),
dan (3) problem solving sebagai keterampilan dasar (as a basic skill) (Sumardyono,
2010).
1. Problem
solving sebagai tujuan (problem solving as a goal)
Para pendidik, MIPAwan, dan pihak yang menaruh perhatian pada pendidikan MIPA seringkali menetapkan problem solving sebagai salah satu tujuan pembelajaran MIPA. Bila problem solving ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan pengajaran maka ia tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi MIPA. Anggapan yang penting dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah (solve problems) merupakan “alasan utama” (primary reason) belajar MIPA.
Para pendidik, MIPAwan, dan pihak yang menaruh perhatian pada pendidikan MIPA seringkali menetapkan problem solving sebagai salah satu tujuan pembelajaran MIPA. Bila problem solving ditetapkan atau dianggap sebagai tujuan pengajaran maka ia tidak tergantung pada soal atau masalah yang khusus, prosedur, atau metode, dan juga isi MIPA. Anggapan yang penting dalam hal ini adalah bahwa pembelajaran tentang bagaimana menyelesaikan masalah (solve problems) merupakan “alasan utama” (primary reason) belajar MIPA.
Salah
satu tujuan pembelajaran MIPA dalam KTSP yang tercantum dalam standar isi
adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model MIPA, menyelesaikan model dan menafsirkan
solusi yang diperoleh. Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam
pembelajaran MIPA yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah
terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai penyelesaian.
2. Problem
solving sebagai proses (problem solving as a process)
Pengertian lain tentang problem solving adalah sebagai sebuah proses yang dinamis. Dalam aspek ini, problem solving dapat diartikan sebagai proses mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi dan heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.
Pengertian lain tentang problem solving adalah sebagai sebuah proses yang dinamis. Dalam aspek ini, problem solving dapat diartikan sebagai proses mengaplikasikan segala pengetahuan yang dimiliki pada situasi yang baru dan tidak biasa. Dalam interpretasi ini, yang perlu diperhatikan adalah metode, prosedur, strategi dan heuristik yang digunakan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.
Masalah
proses ini sangat penting dalam belajar MIPA dan yang demikian ini sering
menjadi fokus dalam kurikulum MIPA. Sebenarnya, bagaimana seseorang melakukan
proses problem solving dan bagaimana seseorang mengajarkannya tidak sepenuhnya
dapat dimengerti. Tetapi usaha untuk membuat dan menguji beberapa teori tentang
pemrosesan informasi atau proses problem solving telah banyak dilakukan. Dan
semua ini memberikan beberapa prinsip dasar atau petunjuk dalam belajar problem
solving dan aplikasi dalam pengajaran.
Beberapa prinsip dasar atau karakteristik pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Soving adalah sebagai berikut :
Beberapa prinsip dasar atau karakteristik pembelajaran menggunakan pendekatan Problem Soving adalah sebagai berikut :
a) Adanya
interaksi antar siswa dan interaksi guru dan siswa.
b) Adanya
dialog matematis dan konsensus antar siswa.
c) Guru
menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa mengklarifikasi,
menginterpretasi, dan mencoba mengkonstruksi penyelesaiannya.
d) Guru
menerima jawaban ya-tidak bukan untuk mengevaluasi.
e) Guru
membimbing, melatih dan menanyakan dengan pertanyaan-pertanyaan berwawasan dan
berbagi dalam proses pemecahan masalah.
f) Sebaiknya
guru mengetahui kapan campur tangan dan kapan mundur membiarkan siswa menggunakan
caranya sendiri.
g) Karakteristik
lanjutan adalah bahwa pendekatan problem solving dapat menggiatkan siswa untuk
melakukan generalisasi aturan dan konsep, sebuah proses sentral dalam MIPA.
3. Problem
solving sebagai keterampilan dasar (problem solving as a basic skill). Problem
solving merupakan suatu keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh siswa.
Apalagi kompetensi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan global semakin
meningkat, salah satunya kemampuan memecahkan masalah.
Tujuan
utama dari penggunaan Problem Solving adalah mengembangkan kemampuan siswa
memecahkan masalah secara tepat. Adapun tujuan spesifik Problem Solving dalam MIPA
adalah sebagai berikut :
a) Meningkatkan
minat siswa untuk mencoba menyelesaikan masalah dan meningkatkan kemampuan
mereka memecahkan msalah.
b) Mengembangkan
kemampuan konsep diri siswa sesuai dengan kemampuan untuk memecahkan masalah
c) Membuat
siswa tanggap dengan strategi-strategi Problem-solving.
d) Membuat
siswa tanggap dengan nilai-nilai pendekatan masalah dalam cara yang sistematis.
e) Membuat
siswa dapat menyelesaikan masalah dalam lebih dari satu cara.
f) Mengembangkan
kemampuan siswa untuk memilih strategi penyelesaian yang sesuai..
g) Mengembangkan
kemampuan siswa untuk mengimplementasikan strategi penyelesaian secara akurat.
h) Meningkatkan
kemampuan siswa untuk memperoleh jawaban yang lebih tepat dari permsalahan.
Posamentier
dan Stepelmen mengutip dari salah satu paper pada The National Council of
Supervisors of Mathematics (NCSM) edisi Juni 1998, yang berjudul Essential
Mathematics for the 21 st Century, yang intinya problem solving merupakan
komponen pertama dari esensi MIPA, disimpulkan bahwa :
1) Pembelajaran untuk menyelesaikan
masalah adalah alasan yang paling prinsip untuk mempelajari MIPA.
2) Problem solving merupakan penerapan dari pengetahuan
yang sebelumnya untuk situasi (persoalan) yang tidak biasa atau persoalan yang
baru.
3) Penyelesaian soal cerita dalam suatu
wacana merupakan salah satu bentuk problem solvining, di samping siswa
harus diberi pengalaman juga dalam penyelesaian soal non ceritera.
4) Strategi problem solving mencakup
teknik pengajuan pertanyaan, analisis situasi, translasi hasil, ilustrasi
hasil, menggambar diagram dan penggunaan trial and error.
5) Siswa harus mencari penyelesaian
alternatif untuk suatu soal, mereka harus terbiasa dengan lebih dari satu
penyelesaian.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Model pembelajaran yang
dapat diterapkan pada bidang studi hendaknya dikemas koheren dengan hakikat
pendidikan bidang studi tersebut. Namun, secara filosofis tujuan pembelajaran
adalah untuk memfasilitasi siswa dalam penumbuhan dan pengembangan kesadaran belajar,
sehingga mampu melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam memecahkan masalah
kehidupan di dunia nyata. Model-model pembelajaran yang dapat mengakomodasikan
tujuan tersebut adalah yang berlandaskan pada paradigma konstruktivistik
sebagai paradigma alternatif. Model pembelajaran problem solving merupakan salah
satu model pembelajaran yang mencerminkan atau dilandasi oleh paradigma
konstrukstivisme.
Pembelajaran MIPA membutuhkan
problem solving dalam pelaksanaannya. Hal ini turut mengembangkan kemampuan
peserta didik dan hasil belajar peserta didik.Problem solving
adalah upaya individu atau kelompok untuk menemukan jawaban berdasarkan
pengetahuan, pemahaman, keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya dalam
rangka menyelesaikan suatu masalah. Problem solving menekankan bahwa permasalahan sebagai
stimulus dalam aktivitas belajar, dalam hal ini fokusnya adalah pengembangan
ketrampilan pemecahan masalah dari kasus-kasus serupa. Ketrampilan tidak
diajarkan oleh guru tetapi ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh siswa
melalui aktivitas pemecahan masalah.
B.
Saran
1. Diharapkan guru mengenalkan
dan melatihkan keterampilan proses dan keterampilam model problem solving
sebelum atau selama pembelajaran agar siswa mampu menemukan dan mengembangkan
sendiri fakta dan konsep serta dapat menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan
nilai yang dituntut.
2. Agar pembelajaran dengan
pendekatan keterampilan proses berorientasi pembelajaran model problem solving
dapat berjalan, sebaiknya guru membuat perencanaan mengajar materi pelajaran,
dan menentukan semua konsep-konsep yang akan dikembangkan, dan untuk setiap
konsep ditentukan metode atau pendekatan yang akan digunakan serta keterampilan
proses yang akan dikembangkan.
terima kasih ilmunya, untuk kedepannya tolong dicantumin daftar pustakanya ya
BalasHapus